Aspelindo bagikan selebaran ke pabrik-pabrik. Kampanye anti serikat pekerja?
Selebaran itu dibagikan ke pabrik – pabrik. Tepatnya pada tanggal 30
Oktober 2013. Hanya satu hari, sebelum mogok nasional akan digelar di
150 Kabuparen / Kota yang ada di Indonesia. Isinya, adalah sebuah
himbauan provokatif, yang pada intinya untuk mencegah agar mogok kerja
nasional urung dilakukan. Tak hanya itu, disinyalir, selebaran itu juga
menjadi bagian dari kampanye anti serikat pekerja.
Saya akan menceritakan kepada kalian, apa isi selebaran yang mereka
bagikan. Oleh karena itu, pelankan debar didada. Akan lebih baik jika
Anda duduk santai. Ambil secangkir kopi, atau apalah itu, yang penting
Anda bisa merasa nyaman saat membacanya nanti.
Dan mari kita baca perlahan:
“Yth. Pimpinan Perusahaan di kawasan industrial Bekasi,” begitu bunyi dari kalimat pembuka selebaran tadi.
“Jangan ada kata meliburkan karyawan di tanggal yang sudah
dijadwalkan mogok nasional oleh serikat. Karyawan adalah perangkat
perusahaan anda, dan masyarakat juga bersama anda.”
Memang tak seharusnya pengusaha meliburkan karyawannya. Apalagi
melakukan ganti hari. Mogok kerja adalah menghentikan produksi dengan
sengaja, dan bukan meliburkannya.
Jika kemudian kita mendapati di hari mogok kerja nasional berlangsung
dan masih ada perusahaan yang beroperasi, memang itulah realitas yang
terjadi. Seringkali kesadaran itu tak bisa dipaksakan. Selalu ada batu
sandungan didalam setiap perjuangan. Dan karena itulah, setiap pejuang
selalu memiliki kemuliaan, sedang para penakut itu sesungguhnya tak
lebih dari pecundang.
“Jika serikat memaksa kehendak dengan aksi sweeping dan sok jagoan di
Bekasi, biar kami bersama masyarakat Bekasi yang akan memberikan
pelajaran sepanjang masa.”
Membaca kalimat ini, ada getaran hebat yang menjalar keseluruh tubuh.
Tak salah jika kami menduga bahwa kekerasan itu sudah direncanakan
sebelumnya. Mereka memang berniat dari awal untuk membuat celaka para
buruh yang sedang melakukan mogok kerja.
“Kami bersama masyarakat Bekasi akan memberikan pelajaran sepanjang
masa,” dan akibatnya, puluhan orang roboh bersimbah darah. Satu
diantaranya cukup kritis karena dibacok dibagian kepala yang
mengakibatkan keretakan pada tengkoraknya.
Wajar jika kami menyimpulkan ini adalah sebuah percobaan pembunuhan. Bukan sebagai aksi premanisme biasa.
“Kami juga sudah tahu oknum-oknum serikat penghasut yang jika teman
mereka di PHK mereka juga tidak bertanggung jawab dan tidak bisa
apa-apa. Mereka sedang sok jadi pahlawan dengan berpotensi mengorbankan
banyak hal dengan segudang kepentingan politik pribadi mereka. Dan
kepentingan Internasional yang menginginkan Indonesia sebagai negara
Muslim terbesar didunia bangkrut dan ditinggalkan Investor.”
Serikat pekerja, mendapatkan mandat konstitusi untuk membela,
melindungi, dan memperjuangkan hak serta kepentingan pekerja dan
keluarganya. Negara menjamin kebebasan berserikat, sekaligus menyatakan
bahwa tugas untuk memperjuangkan kesejahteraan kaum buruh berada diatas
pundak organisasi serikat pekerja. Kalau kemudian serikat pekerja
berjuang tentang kesejahteraan, dia tidak sedang menjadi sok pahlawan,
tetapi karena memang itulah tugas yang harus mereka lakukan.
Dan lagi pula, ketika meminta anggotanya untuk bergerak, tak bisa
dikatakan serikat sedang menghasut. Justru itulah makna berorganisasi.
Ada instruksi yang harus dijalankan. Jika kemudian dalam hal menjalankan
instruksi itu diperlukan penjelasan, sesungguhnya disitulah sebuah
pembelajaran sedang dilakukan. Bukan menghasut.
Apakah ketika pimpinan partai politik meminta agar anggota DPR dari
fraksi mereka menyetujui kenaikan BBM, bisa dikatakan pimpinan partai
itu menghasut agar setuju BBM naik? Tidak, bukan? Begitu pun didalam
serikat. Ketika pimpinan mengatakan mogok nasional harus dilakukan, itu
bukan menghasut. Tetapi sebuah seruan yang wajib dilaksanakan.
Saya menyampaikan ini kepada kalian, agar yang benar memang benar.
“Pancasila adalah dasar negara kita. Lawan faham sosialisme,” begitu kalimat selanjutnya, dalam selebaran itu.
Saya menduga, sesungguhnya mereka tak mengerti apa itu faham
Sosialisme, yang akan mereka lawan itu. Mereka tidak sedang melawan
paham sosialisme, sebaliknya, mereka sedang diperbudak paham kapitalisme
untuk memperkokoh cengkeraman kaum imperialis untuk bisa leluasa
melakukan penghisapan atas manusia di negeri berjuluk zamrud di
khatulistiwa ini.
Tentang Pancasila. Saya sepakat dengan itu. Tapi jangan hanya sebatas
slogan. Dan mari kita wujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat,
bukan keadilan bagi segelintir orang.
***
Dan bukan hanya kepada pengusaha, isi selebaran itu juga ditujukan kepada buruh.
“Yang terhormat para buruh,” katanya.
Jangan Anda diperalat oleh oknum serikat-serikat mengumpulkan uang
dari jerih payah anda, dari perusahaan tempat anda bekerja. Dan ternyata
secara tidak langsung dipergunakan untuk menghancurkan tempat anda
bekerja.
Anda sejahtera, serikat kaya raya…… itu juga harapan kami. Tapi
jangan dengan cara-cara memaksa dan merusak. Atau memang anda sendiri
sudah bosan bekerja di Bekasi…???
Kami tidak rela Bekasi dirusak oleh oknum-oknum Serikat Pekerja dan kami akan melawan siapapun anda perusak itu.
Daripada Bekasi bangkrut, mendingan anda yang hengkang dari wilayah kami.
Wassalam
ASPELINDO BERSAMA MASYARAKAT BEKASI
***
Saya kira, setiap kalimat pada bagian akhir selebaran ini dipenuhi
dengan kebencian. Pilihan katanya juga seperti disengaja untuk melakukan
intimidasi. Melakukan penekanan.
Ini bukti nyata bahwa mogok nasional sengaja dihalang-halangi dengan
sebuah cara yang tersistematis. Sebuah kampanye terselubung anti serikat
pekerja. Karena orang yang membaca selebaran ini, seperti hendak dibuat
benci.
Jangan lupakan satu hal, bahwa premanisme muncul ketika era grebek
pabrik mencapai puncaknya. Secara nyata, dia hadir sebagai tameng para
pengusaha untuk menghentikan upaya serikat pekerja memperjuangkan hak –
hak kaum buruh.
Puluhan ribu karyawan outsourcing diangkat menjadi karyawan tetap
karena perjuangan serikat. Mereka yang diupah murah, perlahan mulai
diupah layak. Dan tiba – tiba mereka hadir untuk menghentikan semua
capaian itu.
Lantas siapa sesungguhnya yang berjuang untuk kesejahteraan masyarakat Bekasi pada khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya?
Kalau harus dijawab, dan berdasarkan data fakta yang ada, tentu kita akan dengan lantang mengatakan: Serikat Pekerja.
Sumber : fspmi.co.id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment