Ada hal ganjil yang terjadi saat demo besar buruh di depan Balai Kota
pada 31 Oktober lalu. Buruh yang menuntut tidak diadakannya sidang UMP
saat itu, didatangi Jokowi .
"Saat demo Jokowi kepengen 10 orang perwakilan buruh masuk. Tetapi Jokowi
dengar yang enggak enak di dekat mobil komando, mereka teriak-teriak.
Mereka juga enggak ada yang datang," jelas anggota DPRD fraksi PDIP
komisi B, Prass Setyo Edi saat menerima audiensi buruh di kantornya,
Jakarta, Senin (11/11).
Padahal saat itu Jokowi
ingin mendengar apa yang diinginkan buruh saat sidang UMP berlangsung.
Di lain pihak buruh berkilah, jika saat itu tidak ada pemimpin mereka
sehingga mereka takut salah koordinasi.
"Bukan kita enggak mau
tapi pimpinan enggak ada di situ kita koordinasi setelah tanggal 1.
Bukan enggak mau nerima Bapak. Pimpinan kami sedang konsolidasi.
Kapasitas kami membatalkan sidang," jawab salah satu perwakilan buruh
Rony.
Pras yang saat itu mendampingi Jokowi saat hendak menerima buruh, kembali bertanya ketidaklogisan alasan buruh tersebut.
"Kalau Jokowi datang ditangkep saja dulu, nanti kan bisa phone-phone-an (sama pimpinan). Ini masalah miskomunikasi," ungkap Pras.
Alhasil,
persoalan buruh semakin pelik. Mereka kini harus menempuh jalan lain
untuk bisa merealisasikan upah yang mereka inginkan. Salah satunya
melalui audiensi dengan anggota DPRD fraksi PDIP hari ini.
"Telah saya komunikasi kita terima kita pelajari. Nanti kita sampaikan ke Bapak ( Jokowi ), dia belum dengar kabar dari kanan kirinya," tutup Pras.
Sebelumnya, Jokowi
mempersilakan kepada perwakilan buruh untuk menemuinya di dalam kantor
Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (31/10). Perintah itu atas desakan
buruh yang menduduki Balai Kota sejak siang tadi dan meminta untuk
bertemu Jokowi .
Jokowi
memberitahukan kepada ajudannya untuk memanggil perwakilan buruh.
Namun, hingga dia pulang dari kantornya, tidak ada satu pun buruh yang
mau menemuinya.
Sumber merdeka.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment