Setelah menetapkan nilai Komponen Hidup Layak (KHL), Dewan Pengupahan
Kota (Depeko) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melakukan rapat penentuan
Upah Minimum Kota (UMK).
Namun rapat mengalami deadlock karena buruh dan pengusaha
tak sejalan. Pengusaha berkeras nilai UMK setara dengan nilai KHL,
sementara buruh menuntut UMK sebesar Rp 3.050.161 atau di atas UMP DKI
Jakarta 2014.
"Kemarin rapatnya deadlock karena belum ketemu angkanya.
Tiap-tiap pihak masih bersikukuh pada angkanya masing-masing," ujar
Agus Karyanto, Anggota Depeko Tangsel dari unsur buruh, kepada Warta
Kota, Minggu (10/11/2013).
Agus menjelaskan, usai penentuan KHL, Depeko Tangsel langsung
mengadakan rapat pleno membahas UMK, Jumat (8/11). Akan tetapi, karena
pertemuan itu tak menghasilkan keputusan, rapat akan kembali diadakan
Senin (11/11). "Rapat UMK dilanjutkan hari Senin," katanya.
Dikatakan Agus, pada pembahasan UMK Jumat lalu, pihak pengusaha
bersikukuh nilai UMK harus sama dengan nilai KHL yang telah ditetapkan
sebelumnya, yakni Rp 2.226.540. Sementara buruh menuntut upah minimum
tahun depan senilai Rp 3.050.161, atau lebih besar Rp 823.621
dibandingkan KHL. Besarnya nilai UMK yang diajukan buruh, kata Agus,
bukan tanpa alasan.
"Kenaikan UMK tahun kemarin 26 persen. Ditambah laju pertumbuhan
ekonomi di Tangsel saat ini mencapai 8,24 persen, maka tak berlebihan
apabila kita menuntut nilai sekian," terangnya.
Agus mengaku belum tahu apakah rapat UMK Senin bisa menghasilkan
keputusan. Di sisi lain, penetapan UMK di tingkat Depeko amat mendesak
karena nilai UMK tersebut akan direkomendasikan Wali Kota Tangsel Airin
Rachmi Diany, kepada Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
"Rekomendasi dari Wali Kota Tangsel itu harus masuk ke Gubernur paling tidak tanggal 13 November," ungkap Agus.
Di atas DKI
Menurut Agus, buruh sangat berharap pengusaha bisa memenuhi
tuntutan UMK lebih dari Rp 3 juta. Namun demikian, jelasnya, tak
tertutup kemungkinan sikap buruh melunak. Syaratnya, pengusaha harus
bersedia menaikkan UMK menjadi di atas nilai KHL.
"Tergantung pengusahanya. Kalau pengusaha mau beranjak dari angka itu buruh juga mungkin akan melunak," tuturnya.
"Yang jelas berdasarkan koordinasi teman-teman buruh, kita maunya UMK-nya di atas DKI Jakarta," tegas Agus.
Bila penetapan UMK dinilai tak berpihak pada buruh, kata Agus,
buruh terpaksa kembali turun ke jalan untuk melakukan aksi unjuk rasa.
"Kalau tidak ada kesepakatan ya jalan satu-satunya pakai senjata, yaitu unjuk rasa," kata dia mengancam.
Purnama Wijaya, Kepala Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan
Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Tangsel, mengatakan, rapat pleno
penetapan UMK Tangsel menemui jalan buntu dan akan dilanjutkan Senin
sekitar pukul 13.00. Purnama menjelaskan, tuntutan buruh yang mencapai
Rp 3.050.161 lebih besar 34,5 persen dari jumlah KHL yang telah
disepakati Depeko sebesar Rp 2.226.540.
Sumber : kompas.com
No comments:
Post a Comment