Saat itu matahari pukul 12.00 siang sedang panas-panasnya, ketika
sekelompok orang yang menamakan dirinya Aspelindo mendatangi Rumah Buruh
di jembatan buntung, Kawasan EJIP, Bekasi. Kedatangan tamu tak diundang
ini, sebenarnya tidaklah begitu mengejutkan. Apalagi, memang,
sebelumnya telah terdengar kabar jika rencana mogok nasional yang akan
dilakukan kaum buruh pada akhir bulan Oktober 2013 akan mendapatkan
perlawanan.
Peristiwa itu terjadi dihari Kamis, tanggal 24 Oktober 2013. Hari
yang akan selalu kami kenang. Karena sejak saat itulah berbagai kejadian
ganjil susul menyusul terjadi di Bumi Industri, Bekasi.
Kedatangan mereka ke Rumah Buruh adalah untuk menyerahkan Surat
Tuntutan Aspelindo. Tak hanya surat yang diberikan. Mereka juga
memberikan ancaman kepada buruh, apabila tetap melakukan mogok nasional,
maka Aspelindo bersama masyarakat Bekasi, khususnya yang berada
didaerah kawasan industri akan melawan buruh yang sedang melakukan aksi
mogok nasional.
Bahkan salah satu pengurus Aspelindo yang kami kenali bernama H.
Sata, mengatakan: “Apabila buruh melakukan mogok yang tidak sesuai
dengan Undang-undang akan dilawan, dan akan melakukan balasan kepada
buruh yang melakukan mogok nasional serta akan melakukan hal yang sama
seperti yang dilakukan buruh.”
Pada saatnya nanti kami akan ceritakan kepada kalian, jika ancaman
itu bukanlah sekedar gertak sambal. Terbukti, dalam aksi mogok nasional
tanggal 31 Oktober 2013, belasan orang buruh roboh bersimbah darah.
Apakah itu adalah balasan bagi buruh yang sedang melakukan pemogokan?
Entahlah…
Sulit untuk dimengerti, jika kejadian di hari ‘Kamis berdarah’
tanggal 31 Oktober itu berdiri sendiri. Ada benang merah yang terhubung
kuat diantara semua peristiwa itu.
Mari kita urai, maka akan terlihat dengan terang benderang jika semua
itu saling berkaitan. Bahkan telah direncanakan dengan matang.
Yang mengejutkan, beberapa hari sebelum Aspelindo mendatangi Rumah
Buruh, kami mendapat informasi tentang adanya SMS kepada anggota
Aspelindo. SMS tersebut diduga berasal dari Sekjen Aspelindo, Budiyanto.
Oh ya, selain sebagai Sekjen Aspelindo, Budiyanto adalah juga anggota
DPRD Kabupaten Bekasi. Sebagai wakil rakyat, yang konon katanya,
terhormat.
Adapun bunyi sms yang diduga berasal dari Budiyanto adalah sebagai berikut: “YTH.
Rekan2 Anggota Aspelindo. Kebersamaan kita menjaga agar investasi di
Kabupaten Bekasi adalah tanggungjawab bersama “berat sama dipikul,
ringan sama dijinjing”. Pergerakan, 24 Oktober 2013 membutuhkan
pembiayaan pencetakan bendera, stiker, dll dan dikoordinasikan sesuai
wilayah MM2100 oleh Bpk. H. Ruhimat, H. Anwar Musyadad, Jbbka Bpk. HM.
Enjum, EJIP Bpk. H. Andri, Delta Mas Bpk. Ust. Amay Kunang, Lippo
Cikarang Bpk. Sata, Hyunday Bpk. H. Delu. Mohon agar dipersiapkan dgn
maksimal. Wass. Budiyanto Sekjen ASPELINDO. Cc. Bpk. Hartono, Bpk. HM.
Kunang.”
Dan benar saja, tanggal 24 Oktober 2013 Aspelindo memang bergerak.
Berkeliling kawasan industri. Menolak rencana mogok nasional yang akan
dilakukan buruh. Salah satunya, dengan mendatangi Rumah Buruh,
sebagaimana yang kami ceritakan diawal.
Aspelindo adalah singkatan dari Asosiasi Pengusaha Limbah Indonesia.
Mengapa pengusaha limbah mencampuri mogok nasional? Jawaban ini bisa
panjang. Namun yang jelas, ini berkaitan dengan “bau tak sedap” tentang
bagi-bagi “rezeki” limbah industri.
Titik terang mulai nampak. Jika sekelompok orang yang “memusuhi” buruh itu, memang ada yang menggerakkan.
Sumber : fspmi.co.id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment