Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Kepri mencatat
sebanyak empat perusahaan asing yang tergolong besar akan memindahkan
industrinya dari Kota Batam akibat lonjakan kenaikan angka upah minimum
dan ekskalasi unjuk rasa buruh.
IR Cahya, Ketua Apindo Kepri
menyebutkan keempat perusahaan tersebut adalah PT Becthel,
Conocophillips, Smoe Indonesia dan PT Siemens Hearing Instruments Batam.
“Beberapa investor besar mau hengkang, khususnya empat perusahaan itu,” ujarnya, Rabu (13/11/2013).
Dijelaskannya,
PT Becthel merupakan salah satu perusahaan yang beroperasi di kawasan
Kabil dan memiliki sekitar 3.000 orang karyawan. Perusahaan yang
bergerak di sektor minyak dan gas bumi itu akan memindahkan industri ke
Thailand.
Dari penelusuran Bisnis, Becthel merupakan
salah satu dari lima perusahaan konstruksi dan rekayasa terbesar di
Amerika Serikat. Perusahaan yang berpusat di San Fransisco ini memiliki
total 53.000 orang karyawan yang tersebar di grup perusahaan di berbagai
negara.
Kemudian ConocoPhillipis. Di Batam, perusahaan yang juga
bergerak di sektor migas ini memiliki sekitar 1.000 orang karyawan di
kawasan Kabil. Perusahaan energi ketiga terbesar di Amerika Serikat ini
disebutkan Cahya akan menggeser industrinya dari Batam ke Johor.
Lalu
PT Smoe Indonesia yang juga beroperasi di Kabil. Perusahaan Migas milik
Singapura yang mempekerjakan sekitar 5.000 orang di Batam itu akan
pindah meskipun belum diketahui Cahya ke negara mana.
Dan terakhir
adalah PT Siemens Hearing Instruments Batam. Perusahaan produsen alat
dengar yang beroperasi di kawasan industri Batamindo ini juga sudah
siap-siap angkat kaki dari Batam, bahkan dari seluruh Indonesia.
Selain
perusahaan yang sudah berencana pindah, lanjut Cahya, Apindo Kepri juga
menerima informasi yang akurat mengenai beberapa investor yang menunda
pembangunan industri baru atau melakukan ekspansi.
“Ada Yokohama di Batamindo yang tadinya mau tambah investasi tahun depan tapi cancel. Terus Drydock di Galangan Tanjung Uncang yang menunda investasi US$100 juta, semua rencana investasi di Batam di-hold,” jelasnya.
Menurutnya, Drydock terus mengurangi jumlah karyawan yang tadinya mencapai 20.000 orang menjadi hanya sekitar 3.000 pekerja.
Laporan
pasti mengenai pengurangan karyawan juga diterima Apindo dari manajemen
PT Ghimly. Perusahaan manufaktur yang beroperasi di kawasan industri
Tunas itu memangkas jumlah pekerja dari 8.000 menjadi 3.000 orang.
“Pengusaha-pengusaha
yang menjadi anggota Apindo di Kepri juga rata-rata sudah mengurangi
jumlah karyawan antara 40 sampai 50 orang,” sambungnya.
Di tempat
terpisah, Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Provinsi Kepri Oka
Simatupang membenarkan data-data tersebut. “Malah sebenarnya jauh lebih
banyak dari itu, tapi sulit saya beritahu ke publik, karena bisa
meresahkan dan menggoyang iklim investasi di Kepri dan Batam khususnya,”
kata dia.
Sumber : bisnis.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment