Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat menduga mogok kerja
buruh terkait tuntutan upah minimum kabupaten/kota (UMK) kental dengan
muatan politis.
Wakil Ketua Apindo Jabar Ari Hendarmin menganggap
pemogokan kerja buruh ditumpangi kepentingan politik tertentu untuk
menciptakan situasi yang tidak stabil menjelang Pemilu 2014.
“Apindo
menyesalkan terjadinya mogok kerja di wilayah Jabar antara lain di
Cikarang, Kota Bandung, dan Cimahi,” katanya kepada Bisnis.com, Senin
(18/11/2013).
Ari menjelaskan unjuk rasa yang dimotori organisasi
serikat pekerja memang hanya dilakukan sebagian pekerja. Akan tetapi,
kerugian yang ditanggung perusahaan cukup besar karena aktivitas
produksi menjadi terhambat.
Apindo juga menyoroti beberapa daerah
tidak konsisten dalam penetapan UMK 2014 salah satunya Kabupaten
Cianjur yang merevisi usulan UMK menjadi Rp1,5 juta.
Besaran itu merupakan revisi dari usulan pertama sebesar Rp1,14 juta dan usulan kedua Rp1,35 juta.
Kondisi
itu dikhawatirkan akan memicu para pengusaha merelokasi pabriknya
karena tidak kuat dengan UMK yang tinggi, terutama untuk sektor padat
karya seperti garmen, persepatuan, elektronik, makanan dan minuman.
“Saat
ini ada sekitar 200 perusahaan di Jabar yang merelokasi pabriknya ke
beberapa daerah di Jawa Tengah. Kalau buruh tetap menuntut upah tinggi,
relokasi pabrik bisa semakin banyak,” tegasnya.
Dia menilai
penaikan upah tidak menyelesaikan persoalan kesejahteraan buruh, apabila
tidak diimbangi dengan peningkatan keahlian dan pendidikan.
“Oleh
karena itu, masalah kesejahteraan buruh harus bekerjasama dengan
pemerintah untuk memfasilitas program peningkatan kapasitas bagi
pekerja,” ujarnya.
Pihaknya mengaku tetap akan menjalankan Inpres
No.9/2013 tentang Kebijakan Penetapan Upah Minimum 2014 yang mematok
batas maksimal kenaikan upah sebesar 10% akibat inflasi.
Sumber : bisnis.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment