Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal
menyangkal pendapat adanya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang
tekstil, terutama di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung, mengalami
kebangkrutan.
Menurutnya, tutupnya perusahaan tersebut bukan
karena tingginya tuntutan upah buruh, melainkan tidak mendapatkan
pesanan (order). Iqbal menjelaskan bahwa buruh tidak dalam posisi
menginginkan bangkrutnya perusahaan-perusahaan tersebut.
Buruh,
katanya, mendukung perusahaan-perusahaan tekstil yang berasal dari dalam
negeri. Kendati demikian, ia menyindir perusahaan-perusahaan tekstil
yang berskala multinasional, seperti GAP, Nike, Adidas, dan sebagainya
yang dinilainya menggaji buruhnya secara tidak layak.
"Upah
buruh Indonesia di GAP itu sekitar 190 dollar AS sebulan, tapi harga
bajunya yang dijual di Singapura itu satunya 300 dollar AS. Jadi
perusahaan multinasional itu enggak mungkin enggak mampu," tutur Iqbal
saat konferensi pers di kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan (Kontras), Jakarta, Senin (4/11/2013).
Dalam
memutuskan Upah Minimum Provinsi DKI 2014 sebesar Rp 2,4 juta, Iqbal
berpendapat Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mendapat tekanan dari para
pengusaha. Upah tersebut dinilainya sebagai bentuk keberpihakan Jokowi
kepada pengusaha.
Peningkatan UMP yang hanya 9 persen, ia
melanjutkan, merupakan upaya untuk memiskinkan buruh. "Para pengusaha
sekarang lagi bertepuk tangan," katanya.
Ia pun menuding Jokowi bertolak belakang dengan platform politik partainya, PDI-P yang dikenal pro-wong cilik, pro-rakyat tertindas, dan marhaen. Kebijakan Jokowi, kata Iqbal, kini lebih pro-pasar dan pro kepada pemilik modal.
Sumber : kompas.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment