Aksi saling ancam antara buruh dan pengusaha terus bergulir menyusul
ditetapkannya upah minimum di sejumlah provinsi, termasuk Jakarta.
Sementara buruh mengancam mogok kerja menuntut upah Rp 3,7 juta,
pengusaha bakal hengkang dari Ibu Kota atau bahkan menggunakan tenaga
kerja lain.
Pengusaha sekaligus Ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Indonesia Riza Suarga mengatakan, buruh sebaiknya berbenah diri
dan memperbaiki kualitas. Hal itu dikarenakan persaingan tenaga kerja
bakal semakin sesak dengan orang-orang asing menjelang Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015.
"Kalau demo sampai anarkis, memang akhirnya pengusaha berpikir
apakah relokasi atau impor tenaga kerja. Kalau level buruh saja impor,
akhirnya buruh-buruh yang demo ini kan enggak kerja. Berbenah dirilah,
sambil dialog, itu yang paling penting," kata Riza, Sabtu (2/11/2013) di
Jakarta.
Riza memperkirakan persaingan tenaga kerja akan semakin sulit. Ia
mencontohkan Bangladesh sebagai salah satu negara dengan budaya bekerja
keras. "Orang-orang Bangladesh cari pekerjaan di mana-mana, jadi buruh
pun siap," kata Riza.
Meski demikian, ia mengaku mengerti betul masalah kesejahteraan
buruh. Namun, sayangnya, lanjut dia, selama ini sistem pengupahan yang
dibicarakan dalam tripartit hanya mempersoalkan gaji kotor (gross). Menurut Riza, seberapa pun kenaikan upah, jumlahnya akan selalu kurang karena biaya hidup pun akan terus merangkak.
Ia berpendapat, seharusnya sistem asuransi atau social safety net
benar-benar dijalankan sehingga buruh tak perlu lagi pusing memikirkan
biaya kesehatan, pendidikan, dan perumahan. "Ini sebetulnya peran negara
yang lebih penting. Kita tinggal bayar premi untuk pendidikan, premi
untuk kesehatan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J
Supit mengatakan, persoalan kesejahteraan buruh bisa diselesaikan jika
negara masuk dan memberikan jaminan sosial yang efektif. Ia meminta agar
pemerintah tak serta-merta melimpahkan urusan kesejahteraan buruh
kepada pengusaha.
Sumber : kompas.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment