Indonesia dinilai masih mempunyai daya tarik bagi korporasi asing,
tak terkecuali bagi IHI Corporation, perusahaan asal Jepang yang
beroperasi di Indonesia lebih dari 10 tahun.
Presiden dan CEO IHI Tamotsu Saito mengatakan, Indonesia memiliki
banyak hal fundamental bagi pertumbuhan ekonomi berkesinambungan,
seperti demografi yang menjanjikan, tingginya jumlah tenaga kerja, dan
kekayaan alam yang melimpah.
“Barang kami high tech, tapi belum tentu high cost. Kami berusaha
mengurangi high cost. Harga (bahan baku di Indonesia) yang tidak mahal
menjadi alasan kami mengembangkan bisnis di Indonesia,” kata dia di
Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Dengan alasan itulah, perusahaan yang bergerak di tiga lini bisnis,
energi, infrastruktur, dan peralatan industri itu, menggelar “IHI Forum
2013″. Forum ini memperkenalkan produk dan solusi IHI untuk memperkuat
infrastruktur sosial dan industri yang sangat penting bagi perkembangan
Indonesia di masa depan.
“Forum ini adalah perwujudan komitmen kami untuk menumbuhkan bisnis kami dalam perspektif jangka panjang,” kata Tamotsu.
Saat ini IHI Corporation memiliki tiga anak cabang yakni PT IHI
tansport Machinery Indonesia, PT IHI Gasification Indonesia, dan PT
Cilegon Fabricators yang memulai basis manufaktur pada tahun 2002.
Dalam kesempatan jumpa pers dengan wartawan, Tamotsu menambahkan,
pabriknya di Cilegon adalah satu-satunya boiler terbesar di Indonesia.
Ia juga menyebut perusahaannya telah mengembangkan power plant yang
sebagian besar berasal dari batubara.
IHI Corporation juga tengah mengembangkan biomasa dari serbuk kayu.
Sayangnya, perusahaan yang mempekerjakan 26.000 tenaga kerja itu belum
berfokus pada pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia. “Tapi
kami sendiri di Jepang sedang membangun instalasi energi berbasis tenaga
matahari,” tutur Tamotsu.
Sementara itu, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
(IUBTT) Kementerian Perindustrian Budi Darmadi yang juga hadir dalam
forum tersebut menyampaikan, forum seperti ini penting untuk menarik
perusahaan enginering agar mau berinvestasi pada industri berbasis
teknologi tinggi (high tech).
“Jadi perusahaan engineering ini kita minta masuk Indonesia, kenapa?
Karena kita butuh barang modal buatan indonesia, supaya mengurangi
defisit barang modal,” kata Budi.
Budi mengatakan, kebutuhan barang modal semakin meningkat seiring
dengan pertumbuhan ekonomi. Beberapa barang modal seperti turbin, mesin
bubut, boiler, dan lainnya memang bisa dibuat sendiri oleh Indonesia.
Namun, untuk spesifikasi yang lebih tinggi, sambung Budi, para insinyur
Indonesia belum mampu.
“Jadi kita bisa buat boiler, tapi kapasitas berapa, macem-macem dari 8
megawatt sampai 1000 megawatt, kita baru bisa 500-600 megawatt,”
katanya.
Sumber : fspmi.co.id
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment