Ratusan pabrik garmen di kawasan industri di luar Dhaka terpaksa
tutup pada Senin. Pabrik ditutup akibat unjuk rasa buruh, yang menuntut
kenaikan upah minimum, berujung kerusuhan.
Sekitar 500 pabrik di kawasan industri Savar, Ashulia, dan Gazipur
terpaksa tutup karena bentrokan, demikian keterangan Abdul Manna Kochi,
wakil presiden senior Asosiasi Eksportir dan Manufaktur Garmen
Bangladesh.
“Pemilik pabrik akan membayar gaji lebih tinggi, seperti yang bakal
ditetapkan komite upah [pemerintah],” paparnya. Ia mengingatkan buruh
supaya lekas menghentikan aksi perusakan. “Atau, industri ini akan
hancur.”
Polisi setempat mencatat paling tidak 50 orang, termasuk enam anggota
kepolisian, terluka saat buruh pabrik garmen bentrok dengan polisi di
sekitar Dhaka. Kepolisian sampai harus menggunakan gas air mata untuk
menghalau ribuan demonstran yang merusak kendaraan. Tak hanya itu,
demonstran juga berupaya memorakporandakan pabrik.
Lalu lintas di jalanan Dhaka terganggu, sesudah pengunjuk rasa
membakar mobil di dalam kawasan industri Tejgaon di pusat kota Dhaka,
Senin pagi.
Pengunjuk rasa juga menyerang pos polisi di Joydevpur, kawasan
industri berjarak sekitar 40 kilometer sebelah utara Dhaka. Menurut
Kabir Hossain, kepala kepolisian setempat, demonstran mencuri senjata
dan amunisi di pos polisi itu. “Empat senapan dan lebih dari seratus
peluru dijarah buruh,” katanya. Senapan-senapan yang tercuri berhasil
ditemukan dalam kondisi terbakar. “Namun, pelurunya masih hilang.”
Buruh garmen di sekitar Dhaka berunjuk rasa dalam beberapa hari
terakhir guna menuntut kenaikan gaji. Para pemimpin serikat buruh
mendesak pemerintah segera menaikkan upah minimum menjadi 8.000 taka
atau sekitar Rp1 juta per bulan. Angka tuntutan itu melampaui dua kali
lipat dari upah minimum terkini sebesar 3.000 taka. Pendapatan per
kapita Bangladesh sebesar $70 atau sekitar Rp700 ribu per bulan.
Pemerintah sudah membentuk komite khusus untuk menangani persoalan
upah buruh. Komite itu nantinya akan menetapkan upah minimum, sesudah
berkonsultasi dengan pemilik pabrik dan buruh. Rekomendasi kenaikan
diharapkan muncul pada Desember. Namun, buruh tak sanggup menunggu
begitu lama.
Salah satu pabrik yang terpaksa tutup adalah Diganta Sweater milik
Kamal Uddin. Lokasi pabriknya dekat dengan pos polisi yang dijarah
pengunjuk rasa di Joydevpur. Menurut Uddin, sebagian pabriknya dibakar
demonstran yang marah.
Uddin menuding pernyataan pemerintah Sabtu lalu telah memicu
pergolakan buruh. Shahjahan Khan, menteri ekspor Bangladesh, saat itu
menyatakan upah minimum akan diperbarui menjadi 8.000 taka. Khan tak
bisa dimintai komentar pada Senin.
Di mata pemimpin serikat buruh, pekerja pabrik layak memperoleh upah
yang lebih tinggi. Babul Akhter, presiden Federasi Pekerja Industri dan
Garmen Bangladesh, menyatakan Asosiasi Eksportir dan Manufaktur Garmen
Bangladesh sebaiknya berunding dengan perwakilan buruh guna mencari
solusi.
Sumber : wsj.com
No comments:
Post a Comment