Kalangan buruh memilih terus berdemo daripada bertemu dengan
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk mendiskusikan upah minimum kota
(UMK). Menurut mereka, pertemuan itu tak akan ada gunanya.
"Hari
ini Ganjar mengajak kita bertemu, no way!," kata Koordinator Aksi
Aliansi Gerakan Buruh Berjuang (Gerbang) Jateng, Selasa (26/11).
Ribuan
buruh kembali mendemo gubernuran, kemarin. Mulai pukul 14.00, satu demi
satu elemen buruh berdatangan ke depan gerbang Gubernuran. Selain
Gerbang, ada juga buruh dari Serikat Pekerja Nasional (SPN), Kahutindo,
dan Federasi Serikat Pekerja Independen (FSPI).
Aksi yang diikuti
sekitar dua ribuan orang itu kontan memacetkan Jalan Pahlawan. Polisi
terpaksa menutup jalan protokol itu dari kedua arah.
Dalam
aksinya, buruh mengusung huruf-huruf besar yang terangkai membentuk
'Revisi UMK'. Mereka juga mengusung orang-orangan sawah yang mengenakan
kaus kampanye Ganjar kala kampanye. Sebuah replika surat yang berisi
kontrak Ganjar dengan SPN pada saat kampanye juga dibawa.
Surat
itu beserta foto Ganjar yang dipasang terbalik, lalu dilempari tomat.
Sedangkan orang-orangan dibakar. Selepas itu, buruh membuat instalasi
berwujud makam dengan nisan bertuliskan Ganjar Pranowo. Salah seorang
buruh kemudian memimpin tahlil untuk mendoakan 'almarhum Ganjar'.
Buruh
juga melampiaskan kekecewaannya atas keputusan UMK, dengan menguasai
tiang-tiang bendera di depan gubernuran. Tiang yang semula terpasang
bendera Korpri itu diganti dengan bendera-bendera elemen buruh.
"Ini
bentuk kekecewaan kami. Ganjar ketika kampanye berjanji membuat buruh
sejahtera, nyatanya sekarang dia berbohong," kata Zainudin.
Sempat
terjadi insiden dengan polisi ketika sebungkus tomat yang dibawa buruh
disita. Polisi mengira tomat itu akan digunakan untuk melempari aparat.
Tapi setelah dijelaskan, akhirnya tomat itu dikembalikan.
Koordinator
Umum Gerbang Jateng Nanang Setyono menyatakan, pihaknya menolak bertemu
Ganjar jika hanya untuk mendengarkan penjelasan soal UMK. Buruh hanya
mau bertemu untuk membahas revisi UMK.
"Pertemuan hanya mungkin
dilakukan jika dalam rangka membicarakan revisi, bukan kompromi apalagi
hanya mendengar celotehan pembenahan upah murah," tegasnya.
Sumber : suaramerdeka.com
No comments:
Post a Comment