Tingginya kenaikan upah buruh di DKI Jakarta dan kawasan industri
sekitarnya, berhasil memaksa perusahaan-perusahaan untuk angkat kaki dan
hijrah ke daerah lain yang biaya operasionalnya bisa lebih murah.
Kali ini, enam perusahaan multinasional dipastikan melakukan ekspansi
dan memindahkan pabriknya ke wilayah Jawa Tengah (Jateng). Alasannya,
biaya investasi dan operasional di Jateng lebih murah dibandingkan
beberapa wilayah lain di Indonesia.
Keenam perusahaan itu antara lain PT Tiga Pilar Sejahtera dari
Cilegon ke Sragen, PT Apparel One Indonesia, PT Pan Brothers Tbk dari
Tangerang ke Boyolali. Kemudian PT Sri Rejeki Isman (Sritex) melakukan
perluasan pabrik terpadunya di Sukoharjo.
"Khususnya perusahaan yang ekspansi bergerak di sektor padat karya
seperti garmen, akan memindahkan usahanya ke Jateng, ujar Ketua Asosiasi
Pengusaha Indonesia (APINDO) Jawa Tengah Frans Kongi di Semarang, Jawa
Tengah, Senin (7/10).
Frans menyebutkan ada beberapa faktor yang membuat Jateng dipilih
oleh investor untuk menanamkan modalnya. Selain iklim investasi yang
cukup kondusif, alasan lain adalah ketersediaan tenaga kerja.
"Kemudian yang terakhir yang paling penting adalah upah minimum kita yang menarik investor untuk datang ke sini," jelasnya.
Faktor perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
diakuinya juga cukup besar. Terutama lantaran memprioritaskan
pembangunan infrastruktur dalam program jangka pendek maupun jangka
menengahnya.
"Terbangunnya infrastruktur dengan baik, akan sangat menunjang iklim
investasi. Pemilik modal industri garmen mengalihkan usahanya ke Jateng
juga karena upah buruh di Jateng jauh lebih murah," terangnya.
Dibandingkan dengan Jakarta dan Jawa Barat dengan upah minimum
Kabupaten dan Kota (UMK) rata-rata Rp 2,2 juta, Jateng relatif lebih
rendah yakni hanya rata-rata Rp 1,2 juta atau selisih Rp 1 juta.
"Coba saja dihitung, seandainya ada seribu pekerja dikalikan Rp 1
juta setiap bulannya ini tentu jumlah yang tidak sangat sedikit. Apalagi
industri garmen rata-rata pekerjanya bisa lebih dari 2 ribu orang,"
ungkapnya.
Wilayah Solo Raya termasuk primadona bagi investor. Para pengusaha
menilai Solo Raya yang dinilai sebagai kawasan beriklim investasi baik.
Terutama bagi para pengusaha yang ada di Jabar, DKI Jakarta dan
sekitarnya.
"Misalnya di Klaten, Sragen, Wonogiri dan Boyolali. Hanya sayangnya,
di kawasan tersebut, infrastruktur bisa dikatakan kurang. Namun Ganjar Pranowo saat ini sedang mati-matian berusaha membangun infrastruktur untuk kemajuan di bidang investasi di Jateng," ucapnya.
Sumber : merdeka.com
No comments:
Post a Comment