Terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini membuat
sejumlah pengusaha di Jawa Tengah berencana menangguhkan upah minim
kabupaten dan kota di daerah. Mereka beralasan langkah itu sebagai upaya
mempertahankan usaha yang modal produksinya sebagian besar menggunakan
bahan baku dari asing.
"Salah satu upaya untuk mempertahankan agar tetap eksis ya penundaan pembayaran upah layak," kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Tengah, Agung Wahono, Senin (2/12).
Menurut Agung, saat ini sudah ada sebagian anggota asosiasi yang telah mulai mengeluhkan tingginya bahan baku. Mereka berinisiatif mempertahankan produksi dengan cara menangguhkan upah layak di Jateng pada 2014, yang telah diteken oleh gubernur.
"Ada enam hingga tujuh pengusaha dari sekitar 250 anggota yang mulai mengajak bicara mengenai langkah rencana penangguhan UMK. Namun masih pembicaraan, belum menyebutkan sikap karena masih ada waktu menunggu kondisi stabil hingga awal tahun," jelasnya.
Sejumlah pengusaha Jateng yang berencana menangguhkan upah minimum di daerah itu, kata Agung berasal dari sektor industri texstile yang rata-rata mengalami ketergantungan bahan baku impor hingga 60 persen. Langkah itu terpaksa dilakukan karena upaya menaikkan nilai jual sejumlah barang yang kembali diekspor sangat sulit, karena sebagian besar sudah terjebak dengan pembayaran barang pesanan dengan nilai lama sebelum nilai tukar rupiah terpuruk.
Agung menegaskan nilai tukar rupiah yang tak stabil itu sangat merepotkan pengusaha industri yang baru saja direlokasi ke Jawa Tengah.
Sumber : suaramerdeka.com
"Salah satu upaya untuk mempertahankan agar tetap eksis ya penundaan pembayaran upah layak," kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Tengah, Agung Wahono, Senin (2/12).
Menurut Agung, saat ini sudah ada sebagian anggota asosiasi yang telah mulai mengeluhkan tingginya bahan baku. Mereka berinisiatif mempertahankan produksi dengan cara menangguhkan upah layak di Jateng pada 2014, yang telah diteken oleh gubernur.
"Ada enam hingga tujuh pengusaha dari sekitar 250 anggota yang mulai mengajak bicara mengenai langkah rencana penangguhan UMK. Namun masih pembicaraan, belum menyebutkan sikap karena masih ada waktu menunggu kondisi stabil hingga awal tahun," jelasnya.
Sejumlah pengusaha Jateng yang berencana menangguhkan upah minimum di daerah itu, kata Agung berasal dari sektor industri texstile yang rata-rata mengalami ketergantungan bahan baku impor hingga 60 persen. Langkah itu terpaksa dilakukan karena upaya menaikkan nilai jual sejumlah barang yang kembali diekspor sangat sulit, karena sebagian besar sudah terjebak dengan pembayaran barang pesanan dengan nilai lama sebelum nilai tukar rupiah terpuruk.
Agung menegaskan nilai tukar rupiah yang tak stabil itu sangat merepotkan pengusaha industri yang baru saja direlokasi ke Jawa Tengah.
Sumber : suaramerdeka.com
No comments:
Post a Comment