Seorang penjual es batu
di Desa Klepu, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, mencalonkan diri
sebagai legislator melalui Partai Nasdem.
Dengan slogan "muda,
mumpuni, mengabdi", dia maju dari Daerah Pemilihan Semarang 2, yang yang
meliputi Kecamatan Pringapus, Bawen, dan Tuntang.
Arie Munanto
sehari-hari berkeliling menyetorkan es batu ke sejumlah warung di
kawasan pabrik di Pringapus. Pekerjaan itu dilakoninya sejak empat tahun
lalu pasca-dirinya di-PHK salah satu perusahaan tekstil di Ungaran.
"Tapi sudah satu bulan ini tidak jualan karena musim hujan," kata Munanto, kepada Kompas.com, Jumat (7/2/2014) siang.
Meski
modalnya cekak, bapak dua anak ini tetap optimistis dapat meraih kursi
di DPRD Kabupaten Semarang. Ia mengaku modal kampanye yang sudah
dikeluarkannya tak lebih dari Rp 3 juta.
"Setiap hari saya
datangi minimal 15 sampai 20 rumah. Sampai saat ini habis tiga jutaan
untuk mencetak stiker, kartu nama, dan kalender. Saya sampaikan apa
adanya ke mereka kalau saya tidak bisa ngasih apa-apa," jelasnya.
Perjuangan
Munanto untuk menjadi legislator tergolong berat. Selain tak punya
modal finansial yang bagus, partai menempatkannya di nomor urut 7. Meski
demikian, dengan latar belakang sebagai aktivis buruh, Munanto mengaku
jaringannya di serikat buruh akan menyumbang suara terbesar untuknya.
"Kita
saling mendukung. Sudah ada semacam konsensus, membagi peran dengan
teman-teman. Mereka advokasi di luar, saya yang mengawal di dalam,"
terangnya.
Motivasi Munanto maju sebagai calon legislator
diakuinya berangkat dari permasalahan buruh di Kabupaten Semarang yang
belum banyak terselesaikan. Perjuangan buruh ketika berhadapan dengan
korporasi dan regulasi pengaturan upah seperti membentur tembok.
"Semua
kebijakan perburuhan itu kebijakan politik. Ketika kita demo, membawa
banyak konsep. Begitu kita pulang, kita tidak tahu di dalam dibahas atau
tidak. Kesimpulannya kita harus masuk sistem," ujar Munanto yang
istrinya juga seorang buruh pabrik garmen di Semarang ini.
Di
balik semangat Munanto mengejar mimpi sebagai legislator, ia menyadari
banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah calon
petahana yang sudah mempunyai jaringan dan banyak modal.
"Sudah
banyak gambar dan baliho saya yang dirusak. Tapi itu malah menyemangati
saya bahwa seorang Munanto ternyata diperhitungkan oleh mereka,"
ujarnya.
Sumber : kompas.com
No comments:
Post a Comment