Presiden Konfederasi Serikat Buruh Indonesia (KSBI), Mudhofir, menilai
buruh perlu memiliki partai politik sendiri. Pasalnya, hanya buruh yang
mengerti nasib buruh sehingga ideologi buruh bisa terus tertanam.
"Tahun
2014 memang belum saatnya buruh mempunyai kendaraan politik, tapi ini
proses. Paling tidak 2014 menjadi batu latu loncatan buruh. Tahun 2019
buruh harus punya wadah, aspirasi politik dari partai buruh," kata
Mudhofir dalam diskusi publik DPP BIMA (Barisan Insan Muda) 'Peran buruh
dalam Pemilu 2014' di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta
Pusat, Senin (27/1/2014).
Mudhofir menjelaskan, gugatan Yusril
merupakan peluang besar bagi buruh untuk membentuk partai buruh dan
berpartisipasi dalam Pemilu 2014. "Jangan hanya karena uang mereka
pilih, tapi juga karena komitmen dan ideologi mereka," ujarnya.
Disampaikan
Mudhofir, persoalan buruh yang terjadi setiap pergantian pemimpin
hingga saat ini masih sama, yakni soal upah, outsourcing, jaminan sosial
dan kebebasan berserikat diperusahaan.
"Persoalan ini tidak
pernah selesai dengan baik. Sudah saatnya buruh menentukan pemimpin ke
depan. Serikat buruh jangan jadi penonton saja. 120 juta buruh akan
menentukan nasib bangsa kedepan," ucapnya.
Senada dengan
Mudhofir, Peneliti Indikator Politik Indonesia (IPI), Karyono Wibowo
juga mengungkapkan partai buruh harus ada. Dengan demikian, lanjut
Karyono, aspirasi kepentingan buruh lebih terjamin untuk diperjuangkan
dalam proses pengambilan kebijakan.
"Partai buruh di Australia
menjadi pemenang pemilu tahun 2007 setelah 11 tahun kalah. Buruh harus
melakukan konsolidasi yang masif," terangnya.
Sumber : okezone.com
No comments:
Post a Comment