Aksi unjuk rasa 80 orang
yang tergabung dalam Solidaritas Pekerja Tambang Nasional (Spartan)
bersama elemen mahasiswa di Kendari, Rabu (19/2/2014), diserang ratusan
orang yang diduga simpatisan Gubernur Sulawesi Tenggara.
Massa
Spartan yang tengah berkumpul di parkiran eks MTQ di Jalan Abdullah
Silondae, Kendari sebelum menyampaikan aspirasinya langsung dibubarkan.
Tanpa bicara, massa penyerang berjumlah 300 orang, langsung merampas
mikrofon dan spanduk. Sementara sebagiannya mengejar massa dari kelompok
Spartan hingga ke jalan raya.
Koordinator aksi dari Spartan, Al
Hayun mengaku kaget dengan aksi penyerangan yang dilakukan secara
spontan oleh kelompok massa tersebut. Akibat kejadian tersebut, satu
orang mahasiswa, La Ode Rahmat Hidayat mengalami cedera di bagian
kakinya.
“Awalnya kami kumpul pukul 09.00 menunggu kendaraan
sambil membentangkan spanduk dan sempat orasi, tapi tiba-tiba datang 30
mobil pribadi ditambah 5 unit angkot. Kemudian sekitar 10 menit menyusul
5 mobil lagi, tanpa bicara mereka langsung menyerang dan mengejar kami
hingga keluar dari eks MTQ,” tutur Hayun.
Pihaknya sempat
melihat kelompok penyerang berpakaian baju kaos bertulisan "Sahabat
Nusa" dan baju kemeja bertuliskan salah satu partai. Sementara sebagian
massa mengenakan pakaian biasa.
“Dalam barisan penyerang itu ada
juga wakil ketua DPRD Konawe yang berasal dari PAN. Kami tahu, setelah
keponakannya yang bergabung dalam aksi Spartan kaget melihat pamannya
menyerang,” ungkap Hayun.
Menurutnya, aksi yang disuarakan
Spartan menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2014
tentang Pelarangan Ekspor Mineral dalam Bentuk Mentah. Jika tidak, maka
pemerintah harus membayar pesangon karyawan tambang yang telah
dirumahkan.
“Kami juga mendesak KPK segera mengambil alih dari
Kejaksaan Agung, penanganan kasus dugaan suap dan pencucian uang sebesar
USD 4,5 juta atau setara Rp 36 miliar yang diduga berasal dari
pengusaha tambang asal Taiwan bernama Mr Chen. Meminta PPATK untuk
memeriksa kekayaan Gubernur,” terang Hayun.
Aksi penyerangan
tersebut, lanjut Hayun adalah bupaya pembungkaman demokrasi pekerja dan
mahasiswa dalam menuntut keadilan. “Ada kepanikan gubernur dan
pendukungnya, karena penyerangan dengan pembubaran paksa kepada kami,
sudah dua kali dilakukan,” tegasnya.
Sumber : kompas.com
No comments:
Post a Comment